Friday, 22 February 2019

Pulang

Satu kata yang sering dinanti para perantau. Ya kan? Mungkin kamu yang lagi baca blog ini juga merindukan kata itu untuk bisa diwujudkan. Bertemu dengan orang terkasih di rumah, orang tua. Dua orang yang selalu berharap kita dalam keadaan baik-baik saja di kota perantauan. Berbohong bahwa kita baik-baik saja atau bilang sudah makan padahal belum karena lagi ngirit pernah kita lakukan? Aku pernah. Gak mau bikin tambah beban mereka, pikirku.

Udah hampir mau 7 tahun aku menyandang status perantau. Dari SMA-kuliah ini interaksi dengan orang rumah terbatas karena ada jarak. Sebenarnya udah niat jadi perantau dari SMP, tapi gak diijinkan, ya sudah. Ingin masuk pesantren juga setelah lulus SD gara-gara terpukau dengan kehidupan pesantren yang di ulas pada program ramadhan yang ditayangin habis shubuh. Keren aja pesantren banyak kegiatan dan jadi fasih beberapa bahasa. Tapi niat itu cuma sebatas dihati, entah kenapa waktu itu gak berani nyampein ke orang tua hehe. Akhirnya dapet rejeki di SMP deket rumah aja. Nyesel? Gak laah. Bersyukur banget malah. Banyak hal yang semuanya bermula dari tempat itu. Termasuk mengenal organisasi dan kamu yang mungkin akan aku tulis di postingan-postingan selanjutnya.

Pulang, menjadi hal yang membuatku melihat perubahan asal daerahku. Terkadang, banyak perubahan yang membuatku kagum tentang kemajuan yang terjadi. Tapi, terkadang ada yang membuat aku secara pribadi belum puas. Belum bisa berbuat banyak untuk daerahku. Ilmu yang kudapat belum bisa seutuhnya aku aplikasikan agar bermanfaat bagi masyarakat di daerahku. Ya semoga suatu saat nanti setelah lulus kuliah ini ada yang sedikit bisa aku sumbangsihkan untuk daerahku.

Waktu SMA, akhirnya udah jarang di rumah, jarang ketemu temen-temen masa kecil hehe. Kalaupun pulang, ya sekedar say hello. Udah punya kesibukan masing-masing, lagi pula beberapa temen masa kecil udah pada pindah rumah. Cuma tersisa beberapa aja. Momen pulang lebih sering aku manfaatkan untuk bersih-bersih rumah atau sekedar motongin rumput di taman rumah. Sering juga jagaain warung punya mbah uti (read:nenek). Lumayan kan bisa ambil jajan gratis juga. Waktu kelas 1 SMA, karena belum dibolehin bawa motor ke kota perantauan, moda transportasi bus menjadi andalan untuk pulang. Tapi, kalau berangkat hari Senin dari rumah, jam setengah 5 habis sholat Subuh banget udah harus keluar rumah. Harus nyambung naik angkutan desa dulu ke terminal di pusat kecamatan, baru nyambung bus ke kota. Setelah kelas naik kelas 2, baru tuh boleh bawa motor, walau dengan proses lobbying hehehe. Karena baru dapet SIM C waktu kelas 3 SMA.

Setelah lulus dari SMA, aku dapat rejeki jadi mahasiswa di Kota Semarang. Pasti kalian tau kan gimana rasanya jadi mahasiswa? Ya karena ini dan itu, selama jadi mahasiswa udah jarang banget pulang ke rumah. Entah karena ada acara kaderisasi waktu masih jadi mahasiswa baru, laporan-laporan kuliah yang menumpuk, atau karena ada amanah organisasi mahasiswa. Bisa 2 atau 3 bulan sekali baru aku sempatkan pulang. Walaupun cuma hitungan hari aja sih di rumah.

Kata-kata yang selalu dilontarkan ibuku kalau mendekati weekend "Besok bisa pulang?" atau "Kalau gak ada kegiatan, pulang aja" atau "Ya udah, ibu aja yang kesana ya". Rasa gak enakan aku, ketika aku jawab "maaf bu belum bisa pulang ada kegiatan ini". Tapi, kalau pertanyaan nomor tiga itu dilontarkan ibuku, tanpa fafifu gass langsung pulang aku hehe. Pertanyaan nomor tiga itu sering dilontarkan ketika aku gak pulang 2 atau 3 bulan.

Puncaknya ketika aku sedang skripsi ini, dimulai dari percakapan ibuku waktu aku lagi mijetin beliau.

"Gak terasa ya dek kamu sama mas Rizki udah besar-besar. Mas Rizki udah mau nikah, dulu waktu masih di Semarang, juga jarang pulang, tau gitu dulu ibu yang ke Semarang ya biar ketemu. Setelah lulus, waktu dapet kerja juga jarang pulang, malah sekarang ditempatin di Banyuwangi. Kalau bisa diulang waktu, mungkin ibu pengin ke waktu beberapa tahun yang lalu. Nah kamu sekarang mumpung udah gak ada kuliah, udah gak ada organisasi, kalau gak ada apa-apa pulang ya. Sebelum nanti kerja dimana atau nikah terus nanti tinggal dimana. Sempetin pulang ya".

Nah-nah, udah tuh, makanya setelah cuma skripsian dan gak ada apa-apa, aku lebih memilih untuk pulang. Walau cuma sebentar. Memang ya waktu berjalan sangat cepat. Perasaan kemarin aku baru ngrasain cinta monyet ala anak SMP, sekarang udah dihadapkan dengan Skripsi aja hehe.

Oke, mungkin ini kata penutup postingan singkat ini:
Sudah kamu sempatkan pulang untuk sekedar menatap paras wajah ayah ibumu yang sudah memasuki usia senja walau sesaat? Atau sudahkah hari ini kamu sempatkan untuk sekedar tanya kabar orang tuamu? Atau kamu sekarang masih suka kesel ditanyain setiap hari oleh ayah atau ibumu tentang kabarmu diperantauan? atau kamu sering reject telepon dari ayah ibumu? Coba renungi bareng-bareng lagi yuk, berkat usaha dan doa mereka kita bisa berada diposisi ini loohh. Kelak, kalian akan berperan sebagai orang tua juga :)

No comments:

Post a Comment